Opini
Bendo, alat yang tajam untuk memotong hewan qurban
Idul qurba sebentar lagi. Tanggal 11 Agustus 2019 akan menjadi puncak peringatan idul adha yaitu penyembelihan hewan qurban. Makna dan nilai idul qurban mungkin sudah banyak dikaji dan dibahas ditiap ceramah kyai. Namun ada satu sisi yang sering luput dari perhatian media gosip selebritis eh, masyarakat. Yaitu penggunaan alat bantu dalam proses penyembelihan. Iya, bendo, golok, pedang, pisau dan teman-teman seprofesinya.Idul qurba sebentar lagi. Tanggal 11 Agustus 2019 akan menjadi puncak peringatan idul adha yaitu penyembelihan hewan qurban. Makna dan nilai idul qurban mungkin sudah banyak dikaji dan dibahas ditiap ceramah kyai. Namun ada satu sisi yang sering luput dari perhatian media gosip selebritis eh, masyarakat. Yaitu penggunaan alat bantu dalam proses penyembelihan. Iya, bendo, golok, pedang, pisau dan teman-teman seprofesinya.
Bendo adalah senjata dan peralatan yang berasal JawaIndonesia. Di daerah lain ada yang menyamakan bendo dengan golok padahal kedua alat tersebut beda. Perbedaan bendo dan golok adalah bendo lebih pendek daripada golok serta bendo lebih lebar penampangnya daripada golok. Bendo sebenarnya merupakan alat dapur yang biasanya digunakan untuk memotong daging yang bertulang ataupun menggiris benda lain yang membutuhkan tenaga besar. Sumber Wikipedia.
Alat yang tajam memang menjadi salah satu syarat dalam penyembelihan hewan qurban. Selain agar memudahkan proses penyembelihan, ada sisi peri kehewanan agar binatang yang disembelih cepat mokat. Panitia qurban umumnya memang memiliki stok senjata tajam yang lumayan landep agar proses penyembelihan maupun pemotongan daging qurban berjalan dengan cepat dan tanpa hambatan kedul. Namun juga hal yang lazim bagi sukarelawan panitia untuk membawa andalannya masing-masing.
Prosesi penyembelihan juga menjadi semacam uji coba. Golok siapa yang tajam sehingga mumpuni untuk menggorok sapi dalam sekali gerakan. Pisau siapa yang mampu menguliti kambing dengan cepat. Kapak siapa yang bisa memotong tulang sekali ayun. Kualitas baja dari senjata tajam juga menjadi hal yang dibanggakan. Biasanya para pemilik akan menyebutkan empu pembuat bendonya, karena lazim diketahui senjata buatan empu tertentu dikenal terbaik. Parang luar jawa, golok betawi, bendo penisihan, baja damaskus dan lain sebagainya menjadi tolak ukur kehebatan dari senjata tajam andalan. Diluar kualitas baja, keindahan dari desain senjata tajam pun kadang menjadi perhatian. Gagang dekoratif banyak yang membuat golok tampak lebih mbahayani. . Banyak yang bahkan bergagang tanduk kerbau untuk meningkatkan nilai senjata tajam. Sebaliknya ketajaman yang hakiki terkadang tertipu oleh gagang besi las-lasan.
Satu hal yang penulis amati terjadi disemua kepanitiaan penyembelihan hewan qurban. Yaitu fenomena saling pinjam meminjam. Banyak sukarelawan panitia yang tidak membawa senjata tajam sendiri sehingga meminjam dari orang lain atau memakai milik panitia. Nah yang terjadi adalah biasanya pisau atau golok tersebut bisa berpindah tangan beberapa kali sehingga ketriwal adalah hal yang biasa terjadi duhai para pembaca sekalian. Banyak senjata tajam yang hilang karena hal ini. Bukan dicuri tapi lebih banyak terjadi karena dalam acara banyak sekali orang sehingga biasanya dipakai oleh orang lain dan si pemilik tidak tahu. Akhirnya tergeletak dimana tidak tahu rimbanya. Sehingga bagi pembawa senjata tajam yang sudah paham fenomena ini umumnya melarang orang lain untuk menggunakan miliknya. Selalu menggunakan miliknya dan melarang orang lain menggunakannya. Mungkin pemilik ini jenis yang setia.
Diluar itu semua, senjata tajam yang paling tajam sekalipun memang tergantung kepada pemakainya. Lagi pula apalah arti penampilan, harga dan kualitas senjata belaka tanpa hasil yang maksimal. Penulis pernah melihat panitia yang mengiris daging qurban cuma dengan cutter. Iya, cutter para pembaca budiman. Mungkin orang ini mengamalkan istilah, biar kecil tapi kuat dan tahan lama. Eh.
Bendo adalah senjata dan peralatan yang berasal JawaIndonesia. Di daerah lain ada yang menyamakan bendo dengan golok padahal kedua alat tersebut beda. Perbedaan bendo dan golok adalah bendo lebih pendek daripada golok serta bendo lebih lebar penampangnya daripada golok. Bendo sebenarnya merupakan alat dapur yang biasanya digunakan untuk memotong daging yang bertulang ataupun menggiris benda lain yang membutuhkan tenaga besar. Sumber Wikipedia.
Alat yang tajam memang menjadi salah satu syarat dalam penyembelihan hewan qurban. Selain agar memudahkan proses penyembelihan, ada sisi peri kehewanan agar binatang yang disembelih cepat mokat. Panitia qurban umumnya memang memiliki stok senjata tajam yang lumayan landep agar proses penyembelihan maupun pemotongan daging qurban berjalan dengan cepat dan tanpa hambatan kedul. Namun juga hal yang lazim bagi sukarelawan panitia untuk membawa andalannya masing-masing.
Prosesi penyembelihan juga menjadi semacam uji coba. Golok siapa yang tajam sehingga mumpuni untuk menggorok sapi dalam sekali gerakan. Pisau siapa yang mampu menguliti kambing dengan cepat. Kapak siapa yang bisa memotong tulang sekali ayun. Kualitas baja dari senjata tajam juga menjadi hal yang dibanggakan. Biasanya para pemilik akan menyebutkan empu pembuat bendonya, karena lazim diketahui senjata buatan empu tertentu dikenal terbaik. Parang luar jawa, golok betawi, bendo penisihan, baja damaskus dan lain sebagainya menjadi tolak ukur kehebatan dari senjata tajam andalan. Diluar kualitas baja, keindahan dari desain senjata tajam pun kadang menjadi perhatian. Gagang dekoratif banyak yang membuat golok tampak lebih mbahayani. . Banyak yang bahkan bergagang tanduk kerbau untuk meningkatkan nilai senjata tajam. Sebaliknya ketajaman yang hakiki terkadang tertipu oleh gagang besi las-lasan.
Satu hal yang penulis amati terjadi disemua kepanitiaan penyembelihan hewan qurban. Yaitu fenomena saling pinjam meminjam. Banyak sukarelawan panitia yang tidak membawa senjata tajam sendiri sehingga meminjam dari orang lain atau memakai milik panitia. Nah yang terjadi adalah biasanya pisau atau golok tersebut bisa berpindah tangan beberapa kali sehingga ketriwal adalah hal yang biasa terjadi duhai para pembaca sekalian. Banyak senjata tajam yang hilang karena hal ini. Bukan dicuri tapi lebih banyak terjadi karena dalam acara banyak sekali orang sehingga biasanya dipakai oleh orang lain dan si pemilik tidak tahu. Akhirnya tergeletak dimana tidak tahu rimbanya. Sehingga bagi pembawa senjata tajam yang sudah paham fenomena ini umumnya melarang orang lain untuk menggunakan miliknya. Selalu menggunakan miliknya dan melarang orang lain menggunakannya. Mungkin pemilik ini jenis yang setia.
Diluar itu semua, senjata tajam yang paling tajam sekalipun memang tergantung kepada pemakainya. Lagi pula apalah arti penampilan, harga dan kualitas senjata belaka tanpa hasil yang maksimal. Penulis pernah melihat panitia yang mengiris daging qurban cuma dengan cutter. Iya, cutter para pembaca budiman. Mungkin orang ini mengamalkan istilah, biar kecil tapi kuat dan tahan lama. Eh.
Via
Opini
Posting Komentar