Opini
Tempat tongkrongan di Bumiayu
Bumiayu adalah kota kecamatan berlokasi sekitar 40 km dari kota Purwokerto dan 65 km dari kota Tegal. Penulis menggunakan acuan kedua kota tersebut dikarenakan masyarakat Bumiayu seringkali menuju kedua kota itu untuk berbelanja, nonton bioskop ataupun sekedar jalan-jalan bersama keluarga atau orang terdekat. Terlebih kaum muda yang mencari kegiatan hiburan, nonton, berbelanja di mall ataupun nongkrong di kafe dan tempat makan lain. Kegiatan yang lazim disebut nongkrong, meskipun sambil duduk, kecuali kalo pas kebelet mules, nongkrong temenan.
Nongkrong di kafe, mungkin hanya segelintir orang yang datang ke kafe sekedar untuk menikmati minuman dan makanan yang dijual disitu. Kenapa demikian? karena jika minuman dan makanan yang menjadi tujuan utama mereka, mereka bisa saja membungkus makanan dan atau minuman tersebut untuk dinikmati di rumah. Apalagi sebenarnya jenis makanan dan minuman yang disajikan di kebanyakan kafe bisa didapat ataupun dibuat sendiri di rumah. Jadi, apakah alasan sebenarnya mereka datang ke kafe?. Benar sekali, nongkrong. Kebanyakan mereka sengaja berkunjung ke kafe atau warung kopi mencari tempat untuk bisa ngobrol santai.
Bumiayu pun kini sebagai kota kecil yang mulai menggeliat, menampakan perubahan. Mulai terlihat beberapa caffee di kota kecamatan ini. Mulai dari yang murni menyediakan kopi sebagai menu utama sampai berbagai macam menu dari berbagai negara seperti ramen, kebab, kentang goreng atau malah menu traditional seperti wedang uwuh, jahe susu lan seliyane. Konsumen seperti dimanjakan dengan banyaknya pilihan. Harga juga kadang menjadi pertimbangan yang lumayan penting bagi wong kene.
Disisi lain geliat keramaian tempat nongkrong baru yang Instagramable dan banyak lokasi selfie tidak membuat gentar tempat tongkrongan yang sudah melegenda seperti paijin, purbanala serta lesehan lain. (nang ndi maning ya? ). Tempat nongkrong lawas dan jadul tetap menjadi pilihan sebagian orang.
Meski ketika diamati ada semacam segmentasi pasar (angel kie.. red.) yang berbeda dari kedua macam tongkrongan ini akan tetapi pada dasarnya keduanya sama. Sama-sama menjadi tempat ngobrol dengan teman akrab sejawat, sama-sama menjadi tempat pedekate calon pacar,dan sama-sama menjadi tempat kenangan bersama mantan pacar.
Ketika nggodog wedang lan gawe gorengan dewek kayong sungkan, tempat tongkrongan akhirnya menjadi pelarian.
Nongkrong di kafe, mungkin hanya segelintir orang yang datang ke kafe sekedar untuk menikmati minuman dan makanan yang dijual disitu. Kenapa demikian? karena jika minuman dan makanan yang menjadi tujuan utama mereka, mereka bisa saja membungkus makanan dan atau minuman tersebut untuk dinikmati di rumah. Apalagi sebenarnya jenis makanan dan minuman yang disajikan di kebanyakan kafe bisa didapat ataupun dibuat sendiri di rumah. Jadi, apakah alasan sebenarnya mereka datang ke kafe?. Benar sekali, nongkrong. Kebanyakan mereka sengaja berkunjung ke kafe atau warung kopi mencari tempat untuk bisa ngobrol santai.
Bumiayu pun kini sebagai kota kecil yang mulai menggeliat, menampakan perubahan. Mulai terlihat beberapa caffee di kota kecamatan ini. Mulai dari yang murni menyediakan kopi sebagai menu utama sampai berbagai macam menu dari berbagai negara seperti ramen, kebab, kentang goreng atau malah menu traditional seperti wedang uwuh, jahe susu lan seliyane. Konsumen seperti dimanjakan dengan banyaknya pilihan. Harga juga kadang menjadi pertimbangan yang lumayan penting bagi wong kene.
Disisi lain geliat keramaian tempat nongkrong baru yang Instagramable dan banyak lokasi selfie tidak membuat gentar tempat tongkrongan yang sudah melegenda seperti paijin, purbanala serta lesehan lain. (nang ndi maning ya? ). Tempat nongkrong lawas dan jadul tetap menjadi pilihan sebagian orang.
Meski ketika diamati ada semacam segmentasi pasar (angel kie.. red.) yang berbeda dari kedua macam tongkrongan ini akan tetapi pada dasarnya keduanya sama. Sama-sama menjadi tempat ngobrol dengan teman akrab sejawat, sama-sama menjadi tempat pedekate calon pacar,dan sama-sama menjadi tempat kenangan bersama mantan pacar.
Ketika nggodog wedang lan gawe gorengan dewek kayong sungkan, tempat tongkrongan akhirnya menjadi pelarian.
Via
Opini
Posting Komentar