Bumiayu
Kolom Penulis
Cireng bumbu kacang. Bentuknya memang sesuai namanya. Makanan berbahan aci dan disiram bumbu kacang kental setelah sebelumnya digoreng terlebih dahulu. Tidak ada resep rahasia ketika penulis sempat ngobrol dengan penjual yang tidak banyak bicara. Sederhana, sesederhana gerobak pikulan yang tanpa tulisan apapun. Meskipun belakangan sudah menggunakan gerobak dorong, pun tanpa tulisan dan penanda. Akan tetapi jika berbicara masalah rasa maka akan sangat komplek dan njlimet.
Rasa dan kenangan, mungkin itu yang menyebabkan makanan ini menjadi legenda. Tahun 90an ketika penulis masih SD sang penjual sudah ider menjajakan dari satu sekolah ke sekolah. Satu hal yang menjadi kebiasaan dari bapak penjual adalah nyeker alias tidak beralas kaki.
Oiya, balik ke bentuk cireng. Tidak seperti cireng dan siomay pada umumnya, cireng satu ini dikemas menggunakan tusuk bambu dibentuk bulat seperti ondol. Bagi penikmat yang tidak hati-hati bisa seset terluka karena bilah bambu dibentuk seadanya. Setelah sebelumnya aci tadi direbus lalu ketika ada pembeli maka akan ndadak digoreng. Setelah matang kemudian akan disiram saus kacang kental yang sangat berbeda dengan saus siomay atau bahkan sambel kacang sate madura. Khas sekali.
Peringatan bagi orang yang baru pertama kali menikmati makanan ini. Jangan tertipu dengan bentuk saus kacang yang njelehi. Visual bukan segalanya. Coba dulu rasakan dan bersiap untuk kejutan umami yang tidak pernah anda rasakan sebelumnya. Jadi kaya iklan royco.
Terakhir, meskipun jadi langganan mulai usia sekolah dasar sampe sekarang usia professor, penulis belum pernah sekalipun tahu siapa nama penjual cireng ini. Sung wani salaman.
DE Setiawan : Cireng tanpa nama, jajanan legend tak tertandingi
Cireng bumbu kacang. Bentuknya memang sesuai namanya. Makanan berbahan aci dan disiram bumbu kacang kental setelah sebelumnya digoreng terlebih dahulu. Tidak ada resep rahasia ketika penulis sempat ngobrol dengan penjual yang tidak banyak bicara. Sederhana, sesederhana gerobak pikulan yang tanpa tulisan apapun. Meskipun belakangan sudah menggunakan gerobak dorong, pun tanpa tulisan dan penanda. Akan tetapi jika berbicara masalah rasa maka akan sangat komplek dan njlimet.
Rasa dan kenangan, mungkin itu yang menyebabkan makanan ini menjadi legenda. Tahun 90an ketika penulis masih SD sang penjual sudah ider menjajakan dari satu sekolah ke sekolah. Satu hal yang menjadi kebiasaan dari bapak penjual adalah nyeker alias tidak beralas kaki.
Oiya, balik ke bentuk cireng. Tidak seperti cireng dan siomay pada umumnya, cireng satu ini dikemas menggunakan tusuk bambu dibentuk bulat seperti ondol. Bagi penikmat yang tidak hati-hati bisa seset terluka karena bilah bambu dibentuk seadanya. Setelah sebelumnya aci tadi direbus lalu ketika ada pembeli maka akan ndadak digoreng. Setelah matang kemudian akan disiram saus kacang kental yang sangat berbeda dengan saus siomay atau bahkan sambel kacang sate madura. Khas sekali.
Peringatan bagi orang yang baru pertama kali menikmati makanan ini. Jangan tertipu dengan bentuk saus kacang yang njelehi. Visual bukan segalanya. Coba dulu rasakan dan bersiap untuk kejutan umami yang tidak pernah anda rasakan sebelumnya. Jadi kaya iklan royco.
Terakhir, meskipun jadi langganan mulai usia sekolah dasar sampe sekarang usia professor, penulis belum pernah sekalipun tahu siapa nama penjual cireng ini. Sung wani salaman.
Via
Bumiayu
Posting Komentar