Bumiayu
Kolom Penulis
Meme gabah ngrewangi bapane lur ya ning Bumiayu
Mepe gabah.
Iya, menjemur gabah. Setelah dipanen gabah biasanya akan digiling di resmil ( Rice Mill: penggilingan padi) untuk menjadi beras siap tanak. Tapi sebelum itu ada proses yang harus dilewati terlebih dahulu. Tahapan pengeringan harus dilakukan agar gabah mudah mengelupas ketika digiling. Meskipun sudah ada mesin pengering gabah, sebagian masyarakat masih mengandalkan sumber daya alami yaitu matahari alias dengan cara mepe gabah.
Mepe alias menjemur gabah memang sesuai namanya menjemur gabah. Masyarakat ketika mepe dirumah biasanya menggunakan terpal plastik, Kandi, deklit , sarung, kolor, eh- dan bahan lain untuk alas gabah agar tidak kotor. Lain halnya ketika mepe gabah di resmil biasanya langsung digelar dilapangan depan resmil karena memang sudah dibuat khusus untuk tujuan mepe.
Gabah yang sedang dipe pun tidak sekedar digelar saja dialas. Pemepe, (aduh apa ya sebutan orang yang mepe gabah?), harus ngoreh gabah menggunakan alat seperti huruf T. Hal ini bertujuan agar gabah yang dipe kering merata. Perataan gabah juga bertujuan agar sampah seperti daun dan batang padi yang sokan ikut dalam proses pemanenan terlihat, sehingga mudah dipisahkan.
Meskipun keliatan sepele tapi kegiatan mepe gabah lumayan menguras tenaga. Pertama karena biasanya jumlah gabah lumayan banyak. Sehingga harus membawa karung-karung gabah ketika awal menggelar gabah. Pun ketika proses penjemuran sudah selesai biasanya kembali dimasukan kedalam karung seperti semula. Yang kedua adalah panas matahari. Ketika meratakan gabah otomatis penjemur gabah ikut dipe. Apalagi jika luasan gabah yang dipe sampai memenuhi lapangan resmil. Gabah jadi kering akan tetapi penjemur menjadi basah. Kalau tidak percaya, monggo panjenengan cobi.
Iya, menjemur gabah. Setelah dipanen gabah biasanya akan digiling di resmil ( Rice Mill: penggilingan padi) untuk menjadi beras siap tanak. Tapi sebelum itu ada proses yang harus dilewati terlebih dahulu. Tahapan pengeringan harus dilakukan agar gabah mudah mengelupas ketika digiling. Meskipun sudah ada mesin pengering gabah, sebagian masyarakat masih mengandalkan sumber daya alami yaitu matahari alias dengan cara mepe gabah.
Mepe alias menjemur gabah memang sesuai namanya menjemur gabah. Masyarakat ketika mepe dirumah biasanya menggunakan terpal plastik, Kandi, deklit , sarung, kolor, eh- dan bahan lain untuk alas gabah agar tidak kotor. Lain halnya ketika mepe gabah di resmil biasanya langsung digelar dilapangan depan resmil karena memang sudah dibuat khusus untuk tujuan mepe.
Gabah yang sedang dipe pun tidak sekedar digelar saja dialas. Pemepe, (aduh apa ya sebutan orang yang mepe gabah?), harus ngoreh gabah menggunakan alat seperti huruf T. Hal ini bertujuan agar gabah yang dipe kering merata. Perataan gabah juga bertujuan agar sampah seperti daun dan batang padi yang sokan ikut dalam proses pemanenan terlihat, sehingga mudah dipisahkan.
Meskipun keliatan sepele tapi kegiatan mepe gabah lumayan menguras tenaga. Pertama karena biasanya jumlah gabah lumayan banyak. Sehingga harus membawa karung-karung gabah ketika awal menggelar gabah. Pun ketika proses penjemuran sudah selesai biasanya kembali dimasukan kedalam karung seperti semula. Yang kedua adalah panas matahari. Ketika meratakan gabah otomatis penjemur gabah ikut dipe. Apalagi jika luasan gabah yang dipe sampai memenuhi lapangan resmil. Gabah jadi kering akan tetapi penjemur menjadi basah. Kalau tidak percaya, monggo panjenengan cobi.
Di Bumiayu dan area Brebes Selatan, banyak yang sukses menghantarkan sampai ke Tanah Suci hanya dengan meme gabah lur. Yang banyak orang sebutkan ialah Rice Mill, atau pengolahan beras. Masyarakat kita masih menggunakan teknologi konvensional dibandingkan dengan negara maju seperti Jepang, tetangga kita di Asia. Tapi tenang saja, beras kita lebih pulen kok.
Via
Bumiayu
Posting Komentar