Bumiayu
Parkiran sepanjang jalan Bumiayu
Siapapun yang baru datang ke Bumiayu pasti akan bisa menilai bahwa pusat bisnis di Bumiayu terlihat disepanjang jalan Pangeran Diponegoro Bumiayu. Deretan toko maupun warung berjejer menghiasi sepanjang jalan ini. Lumrah karena dulu sebelum pembangunan jalan lingkar Bumiayu, jalan ini adalah jalan utama dan satu-satunya di Kota kecamatan ini. Mirip kamu dihatiku, satu-satunya..
Kondisi ini membuat keramaian di Bumiayu terpusat di sepanjang jalan ini. Termasuk kemacetan lalulintas acapkali terjadi. Apalagi di Kota kecamatan yang semakin berkembang ini lampu lalulintas masih berupa hiasan saja. Tidak berfungsi sebagaimana fitrahnya, sehingga sering terjadi penumpukan arus lalulintas di perempatan maupun pertigaan sepanjang jalan Diponegoro dikarenakan pengguna jalan yang berebut atau berpindah lajur, sung..
Penulis kali ini tidak akan membahas tindak tanduk warga Bumiayu dalam berlalulintas, mungkin lain kali. Penulis mengamati masalah perparkiran di Bumiayu. Karena jika diamati, salah satu penyebab rungsebnya lalulintas di Bumiayu adalah lahan parkir yang memakan sebagian badan jalan.
Lazimnya pertokoan dan bisnis yang mempunyai banyak konsumen, apalagi sekarang hampir semua orang mempunyai kendaraan, biasanya pengelola toko dan tempat usaha menyediakan lahan parkir. Banyak yang membangun pertokoan dengan basement/ ruang bawah tanah yang dapat dipakai untuk parkir. Opsi lain adalah memundurkan bangunan, agar ada tempat untuk parkir atau malah membangun bangunan khusus parkir, biasanya mal dan hotel menggunakan metode ini.
Hal tersebut tidak terjadi di Bumiayu. Pemilik usaha seakan tidak mau pusing ikut memikirkan bagaimana pelanggan mereka parkir. Tidak bisa dipungkiri juga keterbatasan lahan memang menjadi alasan utama. Sebagai daerah pusat ekonomi jelas harga lahan meroket. Sehingga banyak pemilik usaha yang membangun meped sesuai luas tanah miliknya.
Disisi lain parkir menjadi salah satu peluang usaha bagi sebagian masyarakat di Bumiayu. Banyak warga yang berprofesi menjadi tukang parkir. Sehingga ketika misalnya nanti ada pelarangan untuk parkir di beberapa tempat misalnya, jelas akan ada penolakan, minimal dari para tukang parkir.
Penataan mungkin kata yang tepat. Seperti yang penulis pernah melihat di beberapa Kota tetangga seperti di Tegal ada beberapa pengaturan masalah parkir yang bisa kita contek. Misalnya hanya lajur sebelah saja yang boleh untuk parkir. Sehingga badan jalan yang terganggu oleh parkiran tidak terlalu lebar.
Tapi apapun itu solusi yang ditawarkan akan menjadi mubah apabila kebijakan hanya anget-anget telek ayam. Perlu usaha ekstra keras dari berbagai pihak agar apapun solusinya bisa berjalan dengan baik. Apa maning wis metu istilah, kari ora macet ya dudu Bumiayu, duh biyung.. macet ya dudu Bumiayu, duh biyung..
Kan tidak mau pusing ikut memikirkan bagaimana pelanggan mereka parkir. Tidak bisa dipungkiri juga keterbatasan lahan memang menjadi alasan utama. Sebagai daerah pusat ekonomi jelas harga lahan meroket. Sehingga banyak pemilik usaha yang membangun meped sesuai luas tanah miliknya.
Disisi lain parkir menjadi salah satu peluang usaha bagi sebagian masyarakat di Bumiayu. Banyak warga yang berprofesi menjadi tukang parkir. Sehingga ketika misalnya nanti ada pelarangan untuk parkir di beberapa tempat misalnya, jelas akan ada penolakan, minimal dari para tukang parkir.
Penataan mungkin kata yang tepat. Seperti yang penulis pernah melihat di beberapa Kota tetangga seperti di Tegal ada beberapa pengaturan masalah parkir yang bisa kita contek. Misalnya hanya lajur sebelah saja yang boleh untuk parkir. Sehingga badan jalan yang terganggu oleh parkiran tidak terlalu lebar.
Tapi apapun itu solusi yang ditawarkan akan menjadi mubah apabila kebijakan hanya anget-anget telek ayam. Perlu usaha ekstra keras dari berbagai pihak agar apapun solusinya bisa berjalan dengan baik. Apa maning wis metu istilah, kari ora macet ya dudu Bumiayu, duh biyung..
Kondisi ini membuat keramaian di Bumiayu terpusat di sepanjang jalan ini. Termasuk kemacetan lalulintas acapkali terjadi. Apalagi di Kota kecamatan yang semakin berkembang ini lampu lalulintas masih berupa hiasan saja. Tidak berfungsi sebagaimana fitrahnya, sehingga sering terjadi penumpukan arus lalulintas di perempatan maupun pertigaan sepanjang jalan Diponegoro dikarenakan pengguna jalan yang berebut atau berpindah lajur, sung..
Penulis kali ini tidak akan membahas tindak tanduk warga Bumiayu dalam berlalulintas, mungkin lain kali. Penulis mengamati masalah perparkiran di Bumiayu. Karena jika diamati, salah satu penyebab rungsebnya lalulintas di Bumiayu adalah lahan parkir yang memakan sebagian badan jalan.
Lazimnya pertokoan dan bisnis yang mempunyai banyak konsumen, apalagi sekarang hampir semua orang mempunyai kendaraan, biasanya pengelola toko dan tempat usaha menyediakan lahan parkir. Banyak yang membangun pertokoan dengan basement/ ruang bawah tanah yang dapat dipakai untuk parkir. Opsi lain adalah memundurkan bangunan, agar ada tempat untuk parkir atau malah membangun bangunan khusus parkir, biasanya mal dan hotel menggunakan metode ini.
Hal tersebut tidak terjadi di Bumiayu. Pemilik usaha seakan tidak mau pusing ikut memikirkan bagaimana pelanggan mereka parkir. Tidak bisa dipungkiri juga keterbatasan lahan memang menjadi alasan utama. Sebagai daerah pusat ekonomi jelas harga lahan meroket. Sehingga banyak pemilik usaha yang membangun meped sesuai luas tanah miliknya.
Disisi lain parkir menjadi salah satu peluang usaha bagi sebagian masyarakat di Bumiayu. Banyak warga yang berprofesi menjadi tukang parkir. Sehingga ketika misalnya nanti ada pelarangan untuk parkir di beberapa tempat misalnya, jelas akan ada penolakan, minimal dari para tukang parkir.
Penataan mungkin kata yang tepat. Seperti yang penulis pernah melihat di beberapa Kota tetangga seperti di Tegal ada beberapa pengaturan masalah parkir yang bisa kita contek. Misalnya hanya lajur sebelah saja yang boleh untuk parkir. Sehingga badan jalan yang terganggu oleh parkiran tidak terlalu lebar.
Tapi apapun itu solusi yang ditawarkan akan menjadi mubah apabila kebijakan hanya anget-anget telek ayam. Perlu usaha ekstra keras dari berbagai pihak agar apapun solusinya bisa berjalan dengan baik. Apa maning wis metu istilah, kari ora macet ya dudu Bumiayu, duh biyung.. macet ya dudu Bumiayu, duh biyung..
Kan tidak mau pusing ikut memikirkan bagaimana pelanggan mereka parkir. Tidak bisa dipungkiri juga keterbatasan lahan memang menjadi alasan utama. Sebagai daerah pusat ekonomi jelas harga lahan meroket. Sehingga banyak pemilik usaha yang membangun meped sesuai luas tanah miliknya.
Disisi lain parkir menjadi salah satu peluang usaha bagi sebagian masyarakat di Bumiayu. Banyak warga yang berprofesi menjadi tukang parkir. Sehingga ketika misalnya nanti ada pelarangan untuk parkir di beberapa tempat misalnya, jelas akan ada penolakan, minimal dari para tukang parkir.
Penataan mungkin kata yang tepat. Seperti yang penulis pernah melihat di beberapa Kota tetangga seperti di Tegal ada beberapa pengaturan masalah parkir yang bisa kita contek. Misalnya hanya lajur sebelah saja yang boleh untuk parkir. Sehingga badan jalan yang terganggu oleh parkiran tidak terlalu lebar.
Tapi apapun itu solusi yang ditawarkan akan menjadi mubah apabila kebijakan hanya anget-anget telek ayam. Perlu usaha ekstra keras dari berbagai pihak agar apapun solusinya bisa berjalan dengan baik. Apa maning wis metu istilah, kari ora macet ya dudu Bumiayu, duh biyung..
Via
Bumiayu
Posting Komentar