Kolom Penulis
Primen kabare sedulur, awan kiye nyong pan nulis tulisan sing bisa membangkitkan memori kita waktu esih poloren. Ngerti mbokan apa kuwe artine poloren? Dadi tulisan kiye terinspirasi sing gambar meme lagi takon "Pira sangune kon lagi zaman Sekolah Dasar?"
Nyong dewek yah kiye tah, lagi zaman Sekolah Dasar pengrasane ora sangu, soale umahe nyong maring sekolahan kuwe gur jarak 6 umah tok dadine nek istirahat bali ning umah terus mangan. Dadi lumayan prihatin lah yah uripe nyong. Sangger kon-kon pada sih sangune pira? Sok monggo nulis ning kolom komentar ya mbokan pada esih kelingan.
Pada umumnya usia pelajar Sekolah Dasar saat ini dimulai dari umur 7 tahun sesuai peraturan pemerintah. Anak-anak dengan umur sekian masih perlu pendampingan lebih oleh kedua orang tuanya, dan tentu sebagai orang tua seharusnya mengontrol dan mengawasi segala aktifitas yang dilakukan anak-anak anda tersebut.
Reaksi-reaksi yang diperlihatkan setiap anak tentu berbeda-beda, hanya anda sebagai orang tua lah yang tentu sangat memahami karakter anak anda tersebut. Ketika anda memutuskan anak anda akan di didik oleh orang lain dalam hal ini adalah guru, tentu anda tidak sebegitunya lantas lepas tangan disaat anak anda sedang di didik oleh guru.
Salah satunya adalah Uang Saku. Iya, uang saku yang anda berikan kepada anak anda bisa merubah gaya dan pola dalam keseharian dilingkungan anak tersebut.
Misalnya adalah Ibu Masriyah dalam mendidik anaknya tidak pernah memberikan uang saku sepeserpun kepada anak selama masa sekolahnya. Alasan dari ibu ini adalah kesehatan, sang ibu tidak mau anaknya malah sakit ketika makan jajan sembarangan, dengan dalih inilah sang anak tidak diberikan uang saku.
Lantas....
Apa pengganti dari sang anak tanpa uang saku? Tidak mungkinkan membiarkan anak belajar dengan perut kosong dimana sarapan pagi belum tentu bertahan selama 5 jam pelajaran.
Yang diatasi Ibu Masriyah diatas adalah dengan membuatkan bekal makanan yang memang dimasak dari rumah dan dipacking sedemikian rupa sehingga sang anakpun senang ketika akan memakannya.
Apakah yang terjadi anak akan merasakan bahagia dengan metode seperti ini dari orang tuanya?
Kita belum tahu, tapi berdasarkan penulis sendiri yang pernah mengalami masa anak-anak. Hal ini tentunya akan membuat sang anak boring atau bosen. Tentu akan berakibat pada masa belajarnya.
Mungkin adakalanya sebagai orang tua juga sedikit memberikan kebebasan kepada anak, tentu dengan dibarengi kontrol dan memberikan punish and reward. Jadi sang anak akan paham dengan sendirinya batasan-batasan yang harus dilakukannya.
Tapi tentu balik lagi ke orang tua masing-masing yah. Kalau penulis sendiri kelak akan memberikan pelajaran demokrasi kepada sang anak. Kita melakukan diskusi apa sih yang diinginkan anak kita tersebut. Dengan begitu akan tercipta saling memahami antara anak dan orang tua.
Jadi, anda sebagai orang tua mau memberikan uang saku ataupun tidak dan hanya bekal makanan itu tentu pilihan anda. Tetap saling berkomunikasi antar anak anda agar bisa menciptakan emosi yang dalam antara orang tua dan anak.
Dadi pira jajal sangune panjenengan lagi zaman Sekolah Dasar? /FA
Pira sangune kon lagi zaman Sekolah Dasar
Primen kabare sedulur, awan kiye nyong pan nulis tulisan sing bisa membangkitkan memori kita waktu esih poloren. Ngerti mbokan apa kuwe artine poloren? Dadi tulisan kiye terinspirasi sing gambar meme lagi takon "Pira sangune kon lagi zaman Sekolah Dasar?"
Nyong dewek yah kiye tah, lagi zaman Sekolah Dasar pengrasane ora sangu, soale umahe nyong maring sekolahan kuwe gur jarak 6 umah tok dadine nek istirahat bali ning umah terus mangan. Dadi lumayan prihatin lah yah uripe nyong. Sangger kon-kon pada sih sangune pira? Sok monggo nulis ning kolom komentar ya mbokan pada esih kelingan.
Pada umumnya usia pelajar Sekolah Dasar saat ini dimulai dari umur 7 tahun sesuai peraturan pemerintah. Anak-anak dengan umur sekian masih perlu pendampingan lebih oleh kedua orang tuanya, dan tentu sebagai orang tua seharusnya mengontrol dan mengawasi segala aktifitas yang dilakukan anak-anak anda tersebut.
Reaksi-reaksi yang diperlihatkan setiap anak tentu berbeda-beda, hanya anda sebagai orang tua lah yang tentu sangat memahami karakter anak anda tersebut. Ketika anda memutuskan anak anda akan di didik oleh orang lain dalam hal ini adalah guru, tentu anda tidak sebegitunya lantas lepas tangan disaat anak anda sedang di didik oleh guru.
Salah satunya adalah Uang Saku. Iya, uang saku yang anda berikan kepada anak anda bisa merubah gaya dan pola dalam keseharian dilingkungan anak tersebut.
Misalnya adalah Ibu Masriyah dalam mendidik anaknya tidak pernah memberikan uang saku sepeserpun kepada anak selama masa sekolahnya. Alasan dari ibu ini adalah kesehatan, sang ibu tidak mau anaknya malah sakit ketika makan jajan sembarangan, dengan dalih inilah sang anak tidak diberikan uang saku.
Lantas....
Apa pengganti dari sang anak tanpa uang saku? Tidak mungkinkan membiarkan anak belajar dengan perut kosong dimana sarapan pagi belum tentu bertahan selama 5 jam pelajaran.
Yang diatasi Ibu Masriyah diatas adalah dengan membuatkan bekal makanan yang memang dimasak dari rumah dan dipacking sedemikian rupa sehingga sang anakpun senang ketika akan memakannya.
Apakah yang terjadi anak akan merasakan bahagia dengan metode seperti ini dari orang tuanya?
Kita belum tahu, tapi berdasarkan penulis sendiri yang pernah mengalami masa anak-anak. Hal ini tentunya akan membuat sang anak boring atau bosen. Tentu akan berakibat pada masa belajarnya.
Mungkin adakalanya sebagai orang tua juga sedikit memberikan kebebasan kepada anak, tentu dengan dibarengi kontrol dan memberikan punish and reward. Jadi sang anak akan paham dengan sendirinya batasan-batasan yang harus dilakukannya.
Tapi tentu balik lagi ke orang tua masing-masing yah. Kalau penulis sendiri kelak akan memberikan pelajaran demokrasi kepada sang anak. Kita melakukan diskusi apa sih yang diinginkan anak kita tersebut. Dengan begitu akan tercipta saling memahami antara anak dan orang tua.
Jadi, anda sebagai orang tua mau memberikan uang saku ataupun tidak dan hanya bekal makanan itu tentu pilihan anda. Tetap saling berkomunikasi antar anak anda agar bisa menciptakan emosi yang dalam antara orang tua dan anak.
Dadi pira jajal sangune panjenengan lagi zaman Sekolah Dasar? /FA
Via
Kolom Penulis
Posting Komentar