Kuliner
Jaman penulis masih esde uang saku hanya lima ratus perak seharian. Sangu segitu terhitung sudah lumayan banyak karena harga jajanan masih bisa terjangkau berkisar seharga mangpean, seketan dan satusan. Penjual masih mau menerima uang seketan 2 keping untuk jajan seharga satusan. Bermacam-macam jenis jajan pada jaman dahulu. Ada yang sekarang sudah sulit didapat akan tetapi masih ada yang masih bisa ditemukan hingga saat ini. Meskipun ada berbagai jenis es, mulai dari es tungtung, puding, doger,cincau, es Man Wajrah yang mangkal di sebelah kantor DPU dan berbagai jenis lain yang penulis sudah lupa, ada satu jenis es yang sangat ikonik sehingga masih bertahan sampai saat ini.
Entah jenis es krim ini ikut klasifikasi apa. Selain mempunyai merk dagang sehingga sejajar dengan merk walls, conello, atau pendatang baru aice, akan tetapi pilihan rasa dari merk ini seakan juga berasa jajanan kampung yang ngangeni. Es Brasil, merk asal Praketa, pertama penulis kira dinamai dari negara Brazil. Namun ternyata bukan sodara-sodara.
Begini ceritanya. Es Brasil lahir dari tangan kreatif Ibu Winawati Wangsaputri. Saat itu, istri dari Noto Hadiwardoyo ini menjadi anggota Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan memulai usaha rumahan dengan membuat es lilin. Bu Noto, sapaan akrabnya, mengawali usaha itu dengan menjual es lilin secara bakulan atau berkeliling. Produk pertamanya berupa es Mambo yang terbuat dari bahan buah asli. Nama Brasil bukan dari kata Brazil, namun berasal dari kata “berhasil” dipilih sebagai nama usaha ini. “Karena ibu ingin usahanya ini berhasil,” kata Risnawati, menantu Bu Noto.
Es Brasil kini telah berkembang menjadi usaha keluarga dan diteruskan generasi kedua Bu Noto. Dua anak Bu Noto, Sugianto dan Edi Sarwono menjadi penerus usaha mendiang ibunya. Bila awalnya Bu Noto menjual es lilin dengan rasa manis dari sirup bernama Eski, sekarang variannya telah berkembang menjadi stik, cup, es jus, es rujak, es roti, es kotak, es cone, dan es cake.
Tak hanya bisa dijumpai di Purwokerto, karena di Banjarnegara, Bumiayu, Cirebon, Majenang, Purworejo, dan Tegal juga mendapat pasokan es lilin ini. Tak hanya itu, di Jakarta, Bandung, Cirebon, dan Bogor juga menikmati Es Brasil karena anak-anak Bu Noto yang berada di luar kota juga turut menjualnya.
Bagi anda yang kangen dengan es krim ini juga bisa menikmati secara langsung di Ice Cream & Coffee Brasil, Jalan Jendral Soeprapto Nomor 25 Purwokerto, atau komplek kebon dalem. Mulai buka pada pukul 07.30 hingga 18.00 WIB.
Review : Es Brasil yang melegenda sejak tahun 90an
Jaman penulis masih esde uang saku hanya lima ratus perak seharian. Sangu segitu terhitung sudah lumayan banyak karena harga jajanan masih bisa terjangkau berkisar seharga mangpean, seketan dan satusan. Penjual masih mau menerima uang seketan 2 keping untuk jajan seharga satusan. Bermacam-macam jenis jajan pada jaman dahulu. Ada yang sekarang sudah sulit didapat akan tetapi masih ada yang masih bisa ditemukan hingga saat ini. Meskipun ada berbagai jenis es, mulai dari es tungtung, puding, doger,cincau, es Man Wajrah yang mangkal di sebelah kantor DPU dan berbagai jenis lain yang penulis sudah lupa, ada satu jenis es yang sangat ikonik sehingga masih bertahan sampai saat ini.
Entah jenis es krim ini ikut klasifikasi apa. Selain mempunyai merk dagang sehingga sejajar dengan merk walls, conello, atau pendatang baru aice, akan tetapi pilihan rasa dari merk ini seakan juga berasa jajanan kampung yang ngangeni. Es Brasil, merk asal Praketa, pertama penulis kira dinamai dari negara Brazil. Namun ternyata bukan sodara-sodara.
Begini ceritanya. Es Brasil lahir dari tangan kreatif Ibu Winawati Wangsaputri. Saat itu, istri dari Noto Hadiwardoyo ini menjadi anggota Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan memulai usaha rumahan dengan membuat es lilin. Bu Noto, sapaan akrabnya, mengawali usaha itu dengan menjual es lilin secara bakulan atau berkeliling. Produk pertamanya berupa es Mambo yang terbuat dari bahan buah asli. Nama Brasil bukan dari kata Brazil, namun berasal dari kata “berhasil” dipilih sebagai nama usaha ini. “Karena ibu ingin usahanya ini berhasil,” kata Risnawati, menantu Bu Noto.
Es Brasil kini telah berkembang menjadi usaha keluarga dan diteruskan generasi kedua Bu Noto. Dua anak Bu Noto, Sugianto dan Edi Sarwono menjadi penerus usaha mendiang ibunya. Bila awalnya Bu Noto menjual es lilin dengan rasa manis dari sirup bernama Eski, sekarang variannya telah berkembang menjadi stik, cup, es jus, es rujak, es roti, es kotak, es cone, dan es cake.
Tak hanya bisa dijumpai di Purwokerto, karena di Banjarnegara, Bumiayu, Cirebon, Majenang, Purworejo, dan Tegal juga mendapat pasokan es lilin ini. Tak hanya itu, di Jakarta, Bandung, Cirebon, dan Bogor juga menikmati Es Brasil karena anak-anak Bu Noto yang berada di luar kota juga turut menjualnya.
Bagi anda yang kangen dengan es krim ini juga bisa menikmati secara langsung di Ice Cream & Coffee Brasil, Jalan Jendral Soeprapto Nomor 25 Purwokerto, atau komplek kebon dalem. Mulai buka pada pukul 07.30 hingga 18.00 WIB.
Sumber http://hanumhapsari.blogspot.com dengan penyesuaian
Via
Kuliner
Posting Komentar