Kuliner
Sate ayam kampung bukan bumbu kacang tapi opor. Purun?
Rasa penasaran membuat penulis berhenti ketika melewati Harapan MM Bumiayu di sore hari yang biasa saja. Bukan, penulis bukan mau berbelanja, apalagi sekadar menyapa para sales kosmetik yang unyu-unyu. Penulis tertarik karena melihat disebelah lor HMM tepatnya di depan Toko Besi Surya yang sudah tutup ada gerobak pikulan warna hijau dengan bakaran satenya. Biasanya penulis membeli Cireng , tapi sekarang sedang ngiler sate ayam kampung ini.
Tidak seperti sate madura yang berbumbu kacang, atau umumnya sate lain yang berkecap, penjual sate ini menggunakan bumbu semacam opor. Sate yang tertata rapi berjejer di wadah yang dialasi dengan daun pisang, terendam sebagian oleh bumbu kuning tersebut. Ketika ada pembeli sang bapak penjual kemudian baru membakar sate sesuai pesanan pembeli. Tidak ada kecap, tidak ada sambal dan tidak ada tambahan apapun pada sate yang dibakar kecuali bumbu tadi. Sambil membakar sate sesekali penjual tersebut juga mencelupkan sate ke bumbu. Biar tambah meresap kata bapak yang penulis lupa untuk berkenalan.
Karena menggunakan daging ayam kampung, harga sate ini terhitung diatas harga sate ayam model sate madura. 40 ribu rupiah sekodi atau per 20 tusuk. Penulis cuma membeli 10 tusuk karena ( mung-mungan duite) hanya ingin sekedar mencicipi. Pun ketika dikemas sate ini sangat sederhana. Menggunakan daun pisang yang digulung sedemikian rupa baru kemudian dibungkus plastik.
Unik, mungkin kata yang tepat. Rasa sate ayam ini benar-benar unik. Karena tidak seperti sate ayam madura yang berbumbu kacang atau kecap sehingga membalut rasa ayam, sate ini dominan hanya rempah opor dan rasa daging ayam. Rasa dan tekstur ayam kampung sangat terasa. Sudahlah, kalau penasaran mending langsung beli saja. Karena penulis bukan promosi, sekadar penasaran saja. Wis.
Tidak seperti sate madura yang berbumbu kacang, atau umumnya sate lain yang berkecap, penjual sate ini menggunakan bumbu semacam opor. Sate yang tertata rapi berjejer di wadah yang dialasi dengan daun pisang, terendam sebagian oleh bumbu kuning tersebut. Ketika ada pembeli sang bapak penjual kemudian baru membakar sate sesuai pesanan pembeli. Tidak ada kecap, tidak ada sambal dan tidak ada tambahan apapun pada sate yang dibakar kecuali bumbu tadi. Sambil membakar sate sesekali penjual tersebut juga mencelupkan sate ke bumbu. Biar tambah meresap kata bapak yang penulis lupa untuk berkenalan.
Karena menggunakan daging ayam kampung, harga sate ini terhitung diatas harga sate ayam model sate madura. 40 ribu rupiah sekodi atau per 20 tusuk. Penulis cuma membeli 10 tusuk karena ( mung-mungan duite) hanya ingin sekedar mencicipi. Pun ketika dikemas sate ini sangat sederhana. Menggunakan daun pisang yang digulung sedemikian rupa baru kemudian dibungkus plastik.
Unik, mungkin kata yang tepat. Rasa sate ayam ini benar-benar unik. Karena tidak seperti sate ayam madura yang berbumbu kacang atau kecap sehingga membalut rasa ayam, sate ini dominan hanya rempah opor dan rasa daging ayam. Rasa dan tekstur ayam kampung sangat terasa. Sudahlah, kalau penasaran mending langsung beli saja. Karena penulis bukan promosi, sekadar penasaran saja. Wis.
Banyak macam jenis kuliner sate-satean yang bisa kamu nikmati jika sedang berkunjung ke kota Bumiayu. Mulai dari sate ayam depan kantor pos, samping polsek sampai ke pertigaan kaligua semua rasanya sangat nikmat. Dipadukan dengan lontong atau ketupat dan dengan bumbu kacangnya yang khas pasti akan membangkitkan selera makan Kamu.
Via
Kuliner
Posting Komentar