Kolom Penulis
Trend komunitas donatur anak yatim berfaedah Rumah kita
Disela-sela nganggur, penulis pernah diajak untuk mendokumentasikan kegiatan suatu gerakan amal khususon untuk anak yatim piatu. Suatu gerakan luar biasa yang dirintis oleh beberapa anak muda yang merupakan alumnus dari suatu kampus bahasa salah satu universitas negeri di kota Purwokerto. Meskipun dalam perkembangannya kemudian anggota dan donatur berkembang tanpa melihat latar belakang menjadi komunitas donatur anak yatim. Banyak ibu rumah tangga dan warga masyarakat kebanyakan ikut bergabung selama masih mempunyai kepedulian yang sama mengenai anak yatim piatu.
Kegiatan inti dari gerakan ini adalah menghimpun dan menyalurkan donasi dari siapapun kepada anak yatim piatu yang menjadi anak asuh. Mereka tiap bulan mengumpulkan donasi dan mengunjungi para anak yatim piatu sekedar untuk menyampaikan donasi serta melihat perkembangan para anak asuh. Anak yatim piatu yang menjadi anak asuh berumur cuma sampai dengan sekolah dasar. Memang tidak semua pengurus bisa mengunjungi, hanya anggota perwakilan terdekat dari lokasi para anak yatim piatu asuhan gerakan ini. Dibeberapa kesempatan juga ketika ada anak asuh yang sakit sampai masuk RS juga mereka ikut membantu biaya.
Biasanya pada awal bulan pengurus akan berkumpul disalah satu rumah pengurus, biasanya rumah sang bendahara. Kegiatan ini bertujuan menghitung total hasil donasi serta membagi jatah donasi bagi tiap anak yatim piatu asuhan gerakan ini. Dalam pertemuan juga biasanya dibahas perkembangan kondisi anak yatim piatu serta barangkali ada informasi terbaru mengenai anak yatim yang perlu dibantu. Para donatur pun diundang sehingga bisa menyaksikan proses penghitungan dan pembagian. Sehingga keterbukaan informasi bisa dicapai.
Seiring waktu jumlah donatur serta anak yatim piatu yang menjadi anak asuh semakin bertambah. Bahkan para donatur akhirnya menjadi suatu komunitas yang cukup besar, bukan sekedar dari asal yang sama, akan tetepi dari berbagai macam latar belakang. Banyak yang saling berhubungan via media sosial, akan tetapi tetap berjalan sesuai tujuan awal daripada para pendirinya. Silaturahmi antar donatur sering dilakukan beberapa waktu seperti gathering ketika lebaran dan kesempatan lain. Dikesempatan itulah donatur bisa saling bertemu satu sama lain. Begitu juga dengan para anak yatim piatu asuhan mereka.
Gerakan ini seakan melecut rasa kepedulian kita kepada anak yatim piatu di sekitar kita. Rasa sosial yang semakin terkikis oleh zaman atau entah oleh apa acapkali membuat kita abai terhadap yang membutuhkan disekitar kita. Banyak ketimpangan yang terjadi. Dalam satu komunitas banyak warga mampu, akan tetapi banyak juga warga yang masih kurang mampu. Sebenarnya jika warga mampu ini setidaknya peduli dengan para tetangganya yang kurang mampu terlebih anak-anak yatim piatu, yang terjadi adalah keseimbangan yang harmonis. Bagi yang mampu akan membersihkan hartanya dan bagi yang kurang mampu akan sedikit terbantu.
Pun demikian dengan rumah ibadah. Kegiatan ibadah seyogyanya juga melihat aspek warga sekitar. Apakah masih ada jamaah yang kekurangan?. Apakah masih ada anak yatim piatu yang masih perlu dibantu?. Kepengurusan rumah ibadah umumnya masjid bisa menjadi salah satu alat bagi pemerataan kesejahteraan. Apalagi dalam ajaran agama Islam ada zakat yang bisa digunakan untuk kemaslahatan umat terutama warga yang membutuhkan dan anak yatim piatu. Alangkah indahnya membayangkan jikalau hal tersebut berjalan sebagaimana mestinya dan dikerjakan dengan jiwa dan passion yang mendalam. Mungkin gerakan ini tidak pernah ada. Wallahu ‘alam
Kegiatan inti dari gerakan ini adalah menghimpun dan menyalurkan donasi dari siapapun kepada anak yatim piatu yang menjadi anak asuh. Mereka tiap bulan mengumpulkan donasi dan mengunjungi para anak yatim piatu sekedar untuk menyampaikan donasi serta melihat perkembangan para anak asuh. Anak yatim piatu yang menjadi anak asuh berumur cuma sampai dengan sekolah dasar. Memang tidak semua pengurus bisa mengunjungi, hanya anggota perwakilan terdekat dari lokasi para anak yatim piatu asuhan gerakan ini. Dibeberapa kesempatan juga ketika ada anak asuh yang sakit sampai masuk RS juga mereka ikut membantu biaya.
Biasanya pada awal bulan pengurus akan berkumpul disalah satu rumah pengurus, biasanya rumah sang bendahara. Kegiatan ini bertujuan menghitung total hasil donasi serta membagi jatah donasi bagi tiap anak yatim piatu asuhan gerakan ini. Dalam pertemuan juga biasanya dibahas perkembangan kondisi anak yatim piatu serta barangkali ada informasi terbaru mengenai anak yatim yang perlu dibantu. Para donatur pun diundang sehingga bisa menyaksikan proses penghitungan dan pembagian. Sehingga keterbukaan informasi bisa dicapai.
Seiring waktu jumlah donatur serta anak yatim piatu yang menjadi anak asuh semakin bertambah. Bahkan para donatur akhirnya menjadi suatu komunitas yang cukup besar, bukan sekedar dari asal yang sama, akan tetepi dari berbagai macam latar belakang. Banyak yang saling berhubungan via media sosial, akan tetapi tetap berjalan sesuai tujuan awal daripada para pendirinya. Silaturahmi antar donatur sering dilakukan beberapa waktu seperti gathering ketika lebaran dan kesempatan lain. Dikesempatan itulah donatur bisa saling bertemu satu sama lain. Begitu juga dengan para anak yatim piatu asuhan mereka.
Gerakan ini seakan melecut rasa kepedulian kita kepada anak yatim piatu di sekitar kita. Rasa sosial yang semakin terkikis oleh zaman atau entah oleh apa acapkali membuat kita abai terhadap yang membutuhkan disekitar kita. Banyak ketimpangan yang terjadi. Dalam satu komunitas banyak warga mampu, akan tetapi banyak juga warga yang masih kurang mampu. Sebenarnya jika warga mampu ini setidaknya peduli dengan para tetangganya yang kurang mampu terlebih anak-anak yatim piatu, yang terjadi adalah keseimbangan yang harmonis. Bagi yang mampu akan membersihkan hartanya dan bagi yang kurang mampu akan sedikit terbantu.
Pun demikian dengan rumah ibadah. Kegiatan ibadah seyogyanya juga melihat aspek warga sekitar. Apakah masih ada jamaah yang kekurangan?. Apakah masih ada anak yatim piatu yang masih perlu dibantu?. Kepengurusan rumah ibadah umumnya masjid bisa menjadi salah satu alat bagi pemerataan kesejahteraan. Apalagi dalam ajaran agama Islam ada zakat yang bisa digunakan untuk kemaslahatan umat terutama warga yang membutuhkan dan anak yatim piatu. Alangkah indahnya membayangkan jikalau hal tersebut berjalan sebagaimana mestinya dan dikerjakan dengan jiwa dan passion yang mendalam. Mungkin gerakan ini tidak pernah ada. Wallahu ‘alam
Via
Kolom Penulis
Posting Komentar